Kamis, 11 Mei 2017

FILOSOFI KARATE



KARATE

FILOSOFI KARATE

1.        Karate mengaawali dengan pemberian hormat dan diakhiri dengan pemberian hormat.
2.   Tidak ada serangan pertama pada karate.
3.   Karate merupakan pembantu dalam keadilan.
4.   Pertama-tama, kontrol dirimu sebelum mengontrol orang lain.
5.    Semangat yang utama, teknik kemudian.
6.    Senantiasa siap untuk membebaskan pikiranmu.
7.    Kecelekaan timbul lantara kecerobohan.
8.    Janganlah berpikir bahwa latihan karate cuma bisa di dojo.
9.    Mempelajari karate memerlukan waktu seumur hidup dan tak punya batasan.
10.  Masukkan karate dalam keseharianmu, maka kamu akan menemukan Myo (rahasia yang tersembunyi).
11.    Karate seperti air yang mendidih. Jika kamu tak memanaskannya secara teratur, ia akan menjadi dingin.
12.    Janganlah kamu berpikir kamu harus menang, tapi berpikirlah bahwa kamu tidak boleh kalah.
13.    Kemenangan tergantung pada keahlianmu membedakan titik-titik yang mudah diserang dan yang tidak.
14.    Pertarungan didasari oleh bagaimana kamu bergerak secara hati-hati dan tidak (bergerak menurut lawanmu).
15.    Berpikirlah bahwa tangan dan kakimu adalah pedang.
16.    Jika kamu meninggalkan rumah, berpikirlah bahwa kamu memiliki banyak lawan yang menanti. Tingkah lakumulah yang mengundang masalah bagi mereka.
17.    Pemula harus menguasai postur dan cara berdiri, posisi tubuh yang alami untuk yang lebih ahli.
18.    Berlatih kata adalah satu hal, terlibat dalam pertarungan sungguhan adalah hal lain.
19.    Jangan lupa secara tepat memperagakan kelebihan dan kekurangan dari kekuatan, peregangan dan kontraksi dari tubuh, serta cepat lambatnya teknik.
20.    Selalu berpikir dan berusahalah menemukan cara untuk hidup dengan aturan-aturan di atas setiap hari.


SALAM KARATE " OSH "

Satu ucapan yang sama namun berbeda penulisan. Itulah OSU dan OSH. Mana yang benar? Bagi sebagian praktisi beladiri Jepang terutama Karate tentunya hal ini membingungkan. Meski diucapkan dengan bunyi yang sama, “OS” namun kata ini dalam bentuk tulisan berbeda hurup akhir. Antara U dan H. Mungkin tidak masalah jika yang menulis dan membaca tulisan kata itu adalah sama-sama orang Indonesia. Mahfum, kalau ada sedikit kesalahan, karena memang bukan bahasa sendiri. Namun akan jadi soal, jika yang membaca penulisan itu adalah orang Jepang, si pemilik bahasa. Menurut beberapa praktisi seni beladiri Jepang di tanah air yang notabene memiliki wawasan budaya dan bahasa Jepang, penulisan yang benar adalah OSU. “OSU!” diucapkan dengan intonasi yang agak cepat, sehingga hurup U di akhir kata nyaris tak terdengar. Sehingga bagi telinga kita, terdengar seperti bunyi “OSS” atau “OSH.” Istilah OSU tidak hanya berlaku dalam karate. Bahkan sebagian klub olah raga di Jepang (tidak hanya karate) menggunakannya "OSU" secara harfiah berarti iya, baik (tanggapan atas suatu perintah). Jika diteruskan kira-kira, "iya/baik saya kerjakan". Namun karena karate memang bela diri yang berfilosofis, OSU berkembang menjadi makna yang lebih dalam yaitu kesiapan atau ketahanan mental sorang praktisi karate menghadapi ujian yang berat baik saat latihan atau dalam hidup kesehariannya. OSU juga berarti rasa terima kasih. Yang lebih penting hormat seorang juhior pada senior (sangat terlihat di Jepang). Sensei Robert Mustard, sebagaimana dikutip dari Aikidoshudokanindonesia.Com, menjelaskan, di Jepang, orang-orang yang menggunakan kata “OSU!” adalah olahragawan-olahragawan di SMA dan Universitas, serta mereka yang belajar karate.
Di perusahaan–perusahaan, Anda juga akan mendengar kata ini, tapi mereka menggunakannya karena untuk mengatakan “OHAYO GOZAIMASU” (selamat pagi) dan mereka menyingkatnya menjadi kata “OSU!”. Selain Karate, seni beladiri Aikido aliran Yoshinkan juga menggunakan kata ini sebagai ucapan salam, tanda menghormati dan sapaan. Kata “OSU!” aslinya ditulis dalam karakter hurup Cina. Terdiri dua hurup, hurup pertama adalah “OSU!” yang arti dalam kamus adalah “mendorong”. Huruf kedua adalah “NIN” yang artinya adalah Shinobu, yaitu Endure (tabah), Persevere (bertahan), Put Up With (toleransi). Jika semuanya dijadikan satu, maka artinya menjadi: Kita Harus Memacu Diri Kita Untuk Tetap Tabah Menghadapi Kesulitan-Kesulitan Dalam Pelatihan, Maupun Dalam Kehidupan Kita Sehari-Hari. Dalam Budo, “OSU!” juga digunakan untuk memberi salam atau jawaban yang berarti bahwa kita siap untuk mengikuti perintah dan petunjuk pelatih.

MAKNA SUMPAH KARATE

Ø  Sanggup Memelihara Kepribadian
Seorang Karateka berjiwa ksatria, sportif, berbudi pekerti luhur, tidak sombong dan rendah hati

Ø  Sanggup Patuh Pada Kejujuran
Seorang Karateka pantang berbohong, jujur pada diri sendiri dan orang lain, sehingga dapat dipercaya semua orang.

Ø  Sanggup Mempertinggi Prestasi
Sesuai tingkatan sabuk, seorang Karateka harus dapat meningkatkan kemampuan diri dari segi teknik, fisik dan keilmuan serta filosofi Karate-Do. Bagi para atlet harus rajin berlatih agar mampu meningkatkan prestasi yang sudah diraih.

Ø  Sanggup Menjaga Sopan Santun
Karateka adalah figur yang memiliki etika dalam kehidupan sehari-hari, baik di perguruan, pekerjaan dan pergaulan di masyarakat. Menghormati dan menghargai sesama Karateka (yunior, setara dan senior) maupun kepada orang lain.Sebagaimana dinasihatkan Gichin Funakoshi: “Tanpa sopan santun kau tidak akan bisa berlatih Karate-Do. Hal ini tidak hanya berlaku selama latihan saja namun juga dalam hidupmu sehari-hari.”

Ø  Sanggup Menguasai Diri

Seorang Karateka yang menjiwai Karate-Do akan mampu mengendalikan emosinya. Lebih memilih menyelesaikan masalah dengan cara musyawarah daripada kepalan tangan. Selalu menghindari perkelahian daripada menimbulkan masalah apalagi mencederai orang lain. Teknik Karate hanya digunakan saat keadaan benar-benar memaksa dan tak ada jalan lain untuk menghindar.
Gichin Funakoshi mengingatkan; untuk mendapat seratus kemenangan dalam seratus pertarungan bukanlah kemampuan yang tertinggi. Untuk menaklukkan lawan tanpa bertarung adalah kemampuan yang tertinggi

GERAKAN DALAM KARATE

Karate ( ) adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri karate dibawa masuk ke Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri ini pertama kali disebut “Tote” yang berarti seperti “Tangan China”. Waktu karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’ 空 dan berarti ‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’ 手, berarti ‘tangan’. Yang dua kanji bersama artinya “tangan kosong” 空手 (pinyin: kongshou).

Menurut Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan Karatedo Federation (JKF) dan World Karatedo Federation (WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yang utama yaitu:

1.      Shotokan
2.      Goju-Ryu
3.      Shito-Ryu
4.      Wado-Ryu

Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta dalam pembentukan JKF dan WKF.
Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat gaya di atas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin , Shorin-ryu dan Uechi-ryu tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran Karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam “4 besar WKF”.
Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah JKF. Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF (dulu dikenal dengan nama WUKO – World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan Karate yang bersifat “tanpa kontak langsung”, berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang “kontak langsung”. Latihan dasar karate terbagi tiga seperti berikut:
Kihon, yaitu latihan teknik-teknik dasar karate seperti teknik memukul, menendang dan menangkis. Gerakan-gerakan Kihon terdiri dari:
Kuda-kuda (dachi): adalah salah satu gerakan Dasar yang sangat penting, karena Kuda-kuda merupakan tumpuan dari semua gerakan. Berikut ini adalah macam-macam kuda-kuda yang di pelajari dalam Karate.

Ø  Hachiji-Dachi              : Kuda-kuda Dasar ( Kaki Dibuka selebar bahu )
Ø  Zen-Kutsu-Dachi          : Kuda-kuda berat depan
Ø  Ko-Kutsu-Dachi            : Kuda-kuda berat belakang
Ø  Hangetsu-Dachi          : Kuda-kuda berat tengah ( dalam Kata Hangetsu )
Ø  Heisoku-Dachi             : Kuda-kuda berat tengah tatapi kedua kaki rapat (dalam Kata Unsu)
Ø  Neko-Ashi-Dachi         : Kuda-kuda berat belakang ( dalam Kata Unsu )
Ø  Sanshin-Dachi                         : Kuda-kuda berat tengah
Ø  Sochin-Dachi               : Kuda-kuda berat tengah ( dalam Kata Sochin )

Pukulan (Zuki) adalah gerakan yang tak kalah pentingnya dengan Kuda-kuda, karena pukulan sangat kita perlukan untuk menyerang lawan selain Geri atau tendangan. Berikut ini macam-macam pukulan ( Zuki ) dalam Karate.

·         Oi-Zuki-Chudan                       : Pukulan ke arah Perut atau ulu hati
·         Oi-Zuki-Jodan              : Pukulan ke arah kepala
·         Kisame-Zuki                : Pukulan ke arah kepala tetapi kaki tidak melangkah
·         Gyaku-Zuki                  : Pukulan ke arah perut tetapi kaki tidak melangkah
·         Ura-Zuki                      : Pukulan yang bentuknya seperti Soto-Ude-Uke
·         Morote-Zuki                : Pukulan dan dorongan
·         Agi-Zuki                       : Pukulan dengan tangan bagian dalam, bentuknya seperti Agi-Uke
·         Choku-Zuki                  : Pukulan kearah perut dengan Kuda-kudaHachiji-Dachi
·         Kage-Zuki                    : Pukulan kesamping exs pada Kata Tekki Shodan
·         Tate-Zuki                     : Pukulan yang bentuknya seperti Uchi-Ude-Uke
·         Yama-Zuki                   : Pukulan menggunung / Pukulan ganda dengan kedua tangan
·         Morote-Hisame-Zuki : Pukulan dengan kedua tangan
·         Tetsui-Uchi                  : Tangan palu
·         Uraken-Uchi                : Pukulan menyamping
·         Haishu-Uchi                 : Tangan pedang
·         Haito-Uchi                   : Tangan pedang
·         Empi                            : Sikutan
·         Shuto-Uchi                   : Tangan pedang
·         Tate-Shuto                   : Tangan pedang

Tendangan (Geri): Dalam menyerang lawan selain dengan Pukulan ( Zuki ) dalam Karate bisa juga dengan mengunakan tendangan ( Geri ) dengan macam dan bentuk yang beragam sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapi. Pada umumnya Geri digunakan pada pertarungan dengan jarak yang tidak terlalu rapat. Berikut ini adalah macam-macam Geri dalam Karate.

Ø  Mae-Geri                    : Tendangan ke arah Perut atau Kepala dengan arah ke depan
Ø  Mawashi-Geri             : Tendangan dengan Kaki bagian atas
Ø  Yoko-Geri-Kekome      : Tendangan dengan Kaki bagian samping ( di sodok )
Ø  Yoko-Geri-Keange       : Tendangan dengan Kaki bagian samping ( di snap )
Ø  Usiro-Geri                   : Tendangan ke belakang

Tangkisan (Uke): Tidak seperti tendangan atau pukulan, pada tangkisan posisi badan kita haruslah menyamping atau segaris dengan kuda kuda. Hal ini dimaksudkan agar apabila pukulan atau tendangan luput dari tangkisan kita tidak mengenai badan kita. Berikut ini adalah istilah tangkisan dalam karate:

·         Gedan Barai    : Tangkisan bawah atau tangkisan Mae-Geri.
·         Soto-Ude-Uke  : Tangkisan tengah yang datangnya dari belakang telinga.
·         Uchi-Ude-Uke  : Tangkisan tengah yang datangnya dari bawah ketiak.
·         Agi-Uke           : Tangkisan atas
·         Shuto-Uke        : Tangkisan tangan pedang
·         Juji-Uke           : Tangkisan dengan kedua tangan disilang
·         Morote-Uke    : Tangkisan yang bentuknya seperti Morote-Zuki








SUMBER


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERMAINAN BOLA KECIL

Lempar   Bola Keranjang Waktu Kelompok Alat 3 – 5 Menit Setiap kelompok terdiri dari 5 orang ...